Joël Veltman: Bek Kalem Seribu Fungsi yang Jarang Dapat Sorotan

Di antara semua pemain belakang Premier League yang sering dielu-elukan karena skill, kekuatan, atau hype media, nama Joël Veltman kayaknya jarang banget kedengeran. Tapi coba lo tanya ke fans Brighton atau pecinta sepak bola Belanda yang ngeh soal taktik: Veltman itu emas yang gak banyak orang notice.

Dia bukan tipe pemain yang flashy atau viral. Tapi kalau pelatih lo butuh pemain yang bisa isi banyak posisi, ngerti sistem, dan bisa dipercaya setiap saat, Veltman adalah jawabannya.


Awal Karier: Lulusan Ajax yang “Lulus Ujian Total Football”

Veltman lahir di Velsen, Belanda, tanggal 15 Januari 1992. Karier sepak bolanya dimulai dari akademi paling elit di Belanda: Ajax Amsterdam. Dan lo tahu dong, Ajax itu bukan akademi sembarangan. Mereka didesain buat ngembangin pemain yang paham total football, teknik tinggi, dan IQ taktik yang di atas rata-rata.

Joël naik ke tim utama Ajax pada 2012. Dia sempat jadi bagian dari tim emas yang main bareng Frenkie de Jong, Matthijs de Ligt, dan Donny van de Beek. Tapi Veltman beda — dia bukan pemain yang main buat trending. Dia kerja diam-diam, isi celah, dan selalu nurut sama instruksi pelatih.

Di Ajax, dia terbiasa main di sistem yang butuh bek bisa passing, ngerti rotasi posisi, dan jago baca permainan. Itu yang bikin dia sekarang enak banget ditaruh di tim-tim yang main dengan sistem modern kayak Brighton.


Pindah ke Brighton: Lowkey Transfer yang Impact-nya Gede

Tahun 2020, Brighton berhasil ngangkut Veltman dari Ajax dengan harga yang jujur aja, murah banget: sekitar £900 ribu. Di pasar pemain yang udah gila-gilaan harganya, transfer ini keliatan kayak “ah, backup doang kali ya.” Tapi ternyata?

Big steal.

Veltman langsung klik sama sistem Graham Potter waktu itu. Dia bisa main di bek kanan, bek tengah, bahkan kadang di formasi tiga bek atau inverted fullback. Pelatih seneng banget punya pemain kayak dia: adaptif, tenang, dan ngerti tempo.

Dan sejak itu, Veltman selalu masuk rotasi utama. Bahkan di era Roberto De Zerbi pun, meskipun Brighton punya banyak opsi di lini belakang, nama Veltman tetap sering muncul — terutama saat butuh pengalaman dan ketenangan.


Gaya Main: Gak Ribet, Tapi Efektif Banget

Veltman bukan pemain yang suka gaya-gayaan. Tapi lo liat dia main? Rapi, efisien, dan jarang bikin kesalahan. Gaya mainnya bisa dibilang sebagai:

  • Bek kanan defensif: Dia gak selalu overlap terus, tapi pinter nutup ruang
  • Bek tengah cerdas: Jago baca positioning lawan, gak gampang terpancing
  • Pemain sistematis: Selalu tahu di mana harus berdiri dan kapan harus bergerak

Dia bukan tipe yang bakal cetak gol atau assist tiap minggu. Tapi dia tipe pemain yang bikin sistem tetap jalan. Kayak roda gigi kecil yang bikin mesin tetap muter. Dan itu yang bikin pelatih jatuh cinta sama dia.


Statistik yang Jarang Dilirik Tapi Penting

Kalau lo buka statistik Veltman, mungkin gak bakal langsung “wow”. Tapi kalau lo jeli, justru di situ kelihatan value-nya:

  • Akurasi umpan: Rata-rata di atas 88%
  • Intersep per game: 2+
  • Clearance: Efisien, gak panik
  • Duels sukses: Selalu kompetitif, bahkan lawan pemain cepat

Statistik dia juga nunjukin bahwa dia jarang banget bikin pelanggaran gak perlu. Dia jago jaga jarak, jago jagain sisi lapangan tanpa harus tackle keras. Dan buat Brighton yang suka main pressing tinggi, pemain kayak dia krusial buat jaga keseimbangan.


Di Luar Lapangan: Pemain Senior yang Gak Banyak Bicara

Veltman bukan sosok vokal kayak Lewis Dunk. Tapi dia punya aura senior yang dihormatin di ruang ganti. Banyak pemain muda di Brighton yang lihat Veltman sebagai panutan — karena dia profesional, fokus latihan, dan gak pernah cari drama.

Dia juga dikenal sebagai pemain yang loyal dan realistis. Gak ngarep dapet spotlight, tapi selalu siap bantu tim kapan pun dibutuhin. Bahkan saat duduk di bangku cadangan, attitude-nya tetap positif.


Peran di Era De Zerbi: Tetap Dipakai, Tetap Relevan

Banyak yang kira Veltman bakal jadi cadangan permanen setelah Brighton rekrut pemain-pemain muda seperti Tariq Lamptey atau Igor Julio. Tapi nyatanya? Dia tetap dipercaya.

De Zerbi butuh pemain yang ngerti struktur permainan dari belakang, dan Veltman pas banget buat itu. Kadang dia dipasang buat lawan yang punya winger cepat — karena dia tahu kapan harus jaga kedalaman. Kadang dia masuk buat stabilin tempo permainan.

Di musim 2023–24 dan awal 2024–25, dia masih rutin main. Gak tiap pekan starter, tapi tetap bagian penting dari skuad.


Timnas Belanda: Sempat Masuk, Sempat Terpinggirkan

Veltman sempat beberapa kali masuk skuad Timnas Belanda, terutama waktu masih di Ajax. Dia bahkan sempat main di Euro 2020. Tapi makin ke sini, posisinya makin sulit karena kompetisi ketat di sektor bek kanan dan tengah.

Pemain kayak Dumfries, Timber, dan Botman mulai naik daun, dan Veltman pelan-pelan keluar dari radar utama. Tapi yang menarik, dia gak pernah ribut soal itu. Gak ada postingan nyinyir atau sindiran. Dia tetap fokus di klub dan siap kapan pun dibutuhin.

Dan itu nunjukin satu hal penting: dia ngerti perannya, dan gak ngemis-ngemis perhatian.


Masa Depan? Mungkin Gak Lama Lagi di Puncak, Tapi Legacy-nya Kuat

Veltman sekarang udah masuk usia 33 (per 2025), dan mungkin udah gak banyak musim tersisa buat dia main di level Premier League. Tapi legacy yang dia tinggalkan bakal kuat.

Dia dateng ke Inggris tanpa banyak suara, tapi selama hampir lima musim, dia jadi bagian penting dari transformasi Brighton — dari tim yang nyaris degradasi jadi tim yang bisa main di Eropa.

Fans Brighton banyak yang respect sama Veltman bukan karena dia bikin highlight tiap pekan, tapi karena dia selalu ada di saat tim butuh.


Kesimpulan: Joël Veltman, The Quiet Backbone

Gak semua pemain harus jadi superstar buat jadi penting. Joël Veltman adalah bukti bahwa kerja keras, pemahaman taktik, dan attitude positif bisa bikin lo bertahan di level atas tanpa harus jadi headline tiap hari.

Dia mungkin gak punya statistik mencolok atau fans global. Tapi buat Brighton, dia adalah salah satu fondasi yang bikin tim ini bisa berkembang seperti sekarang.

Kalau lo suka pemain lowkey yang tahu cara kerja di bawah tekanan dan tetap kalem kayak es batu, Veltman adalah pemain lo. Bukan buat gaya-gayaan, tapi buat jaga keseimbangan tim secara nyata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *