Di dunia kerja yang super kompetitif kayak sekarang, CV atau resume kamu tuh kayak tiket emas. HRD bisa terima ratusan bahkan ribuan lamaran tiap minggu, dan mereka cuma punya waktu beberapa detik buat mutusin apakah CV kamu layak dilihat lebih lanjut atau langsung “bye!”. Jadi, kalau kamu pengen diterima kerja cepat, kamu wajib ngerti cara membuat CV atau resume yang dilirik oleh HRD — bukan asal cantumkan semua pengalaman, tapi tau gimana caranya bikin mereka tertarik sejak detik pertama.
CV bukan sekadar kertas formal; itu versi profesional dari “first impression” kamu. Dan kayak di dunia nyata, first impression bisa nentuin segalanya. Yuk, kita kupas tuntas gimana caranya bikin CV yang nggak cuma cantik, tapi juga strategis, efektif, dan bikin HRD berhenti scrolling pas lihat namamu.
Kenapa CV Itu Penting Banget Buat HRD?
Sebelum kita ngomongin gimana cara bikin CV keren, kamu harus paham dulu: apa sebenarnya fungsi CV bagi HRD?
HRD bukan cuma nyari orang yang paling pintar, tapi orang yang paling fit buat posisi tertentu. Jadi mereka nggak punya waktu buat baca CV panjang tanpa arah. Mereka cuma mau lihat satu hal:
“Apakah orang ini cocok dan bisa kontribusi ke perusahaan?”
Makanya, CV harus bisa menjawab pertanyaan itu dengan cepat, jelas, dan menarik. Kalau kamu bisa bikin HRD ngerasa “ini kandidat yang kita cari”, kamu udah menang setengah langkah.
1. Pahami Perbedaan CV dan Resume
Banyak orang masih bingung antara CV (Curriculum Vitae) dan Resume. Padahal bedanya penting banget.
- CV biasanya lebih lengkap dan detail, cocok buat posisi akademik, riset, atau profesional senior. Panjangnya bisa lebih dari dua halaman.
- Resume lebih ringkas (1–2 halaman aja), fokus ke pengalaman relevan untuk posisi yang kamu lamar.
Kalau kamu ngelamar ke perusahaan swasta atau startup, pilih format resume. Kalau ke lembaga pendidikan atau institusi formal, baru gunakan CV lengkap.
Pahami dulu konteksnya sebelum mulai nulis biar nggak salah arah.
2. Gunakan Format yang Bersih dan Profesional
Banyak orang terlalu fokus bikin CV “keren” dengan desain ramai, warna mencolok, dan font aneh-aneh. Padahal HRD lebih suka CV yang mudah dibaca dan rapi.
Pakai format sederhana:
- Font profesional kayak Calibri, Arial, atau Helvetica.
- Ukuran huruf 10–12 pt.
- Gunakan heading tegas untuk setiap bagian.
- Jaga white space biar nggak kelihatan sesak.
Ingat, HRD butuh membaca cepat. CV yang visualnya bersih lebih memudahkan mereka menemukan informasi penting.
3. Tulis Profil Diri yang Menarik dan Padat
Bagian profil singkat atau ringkasan diri di atas CV itu kayak trailer film — kalau menarik, orang bakal lanjut baca. Tapi kalau hambar, HRD langsung skip.
Tulis ringkasan 3–5 kalimat yang mencerminkan siapa kamu, apa keahlian utamamu, dan tujuan kariermu.
Contoh:
“Digital marketing enthusiast dengan pengalaman 3 tahun mengelola kampanye media sosial dan meningkatkan engagement hingga 300%. Passionate dalam menciptakan strategi konten yang berdampak untuk brand awareness.”
Tulis spesifik dan langsung ke poin penting. Hindari kalimat generik kayak “saya orang pekerja keras dan jujur.”
4. Tonjolkan Pengalaman Relevan, Bukan Semua Pengalaman
Kesalahan fatal banyak pelamar adalah menulis semua pengalaman yang pernah mereka punya. Padahal HRD cuma peduli pada yang relevan dengan posisi yang dilamar.
Misalnya kamu ngelamar posisi sebagai UI/UX Designer, maka yang harus kamu tonjolkan adalah proyek desain, pengalaman terkait, dan software yang kamu kuasai — bukan pengalaman jualan minuman waktu kuliah.
Gunakan format terstruktur:
- Jabatan dan nama perusahaan.
- Periode kerja (bulan dan tahun).
- Tanggung jawab utama.
- Hasil konkret (gunakan angka kalau bisa).
Contoh:
“Mengoptimalkan tampilan landing page yang meningkatkan conversion rate hingga 45%.”
Data konkret bikin kamu lebih kredibel di mata HRD.
5. Gunakan Kata-Kata yang Kuat dan Aktif
HRD suka CV yang langsung to the point. Gunakan kata kerja aktif dan profesional seperti:
- Meningkatkan
- Mengelola
- Mengembangkan
- Mengoptimalkan
- Memimpin
- Menciptakan
Kata-kata ini menunjukkan kamu orang yang proaktif, bukan pasif.
Contoh:
❌ “Bertanggung jawab terhadap kampanye digital.”
✅ “Mengelola kampanye digital dan meningkatkan traffic website sebesar 200%.”
Kata aktif menunjukkan hasil, bukan cuma tugas.
6. Tambahkan Prestasi Nyata
HRD akan lebih tertarik kalau kamu punya hasil yang bisa diukur. Bukan cuma “pernah melakukan”, tapi “berhasil mencapai”.
Contoh:
- “Berhasil menutup 50+ deal B2B dalam 6 bulan.”
- “Memimpin tim beranggotakan 10 orang untuk menyelesaikan proyek sebelum deadline.”
Angka bikin pencapaianmu terlihat konkret dan meyakinkan.
Jadi, jangan cuma tulis deskripsi kerja — tulis impact-nya.
7. Sertakan Skill yang Relevan
Bagian “Skills” sering disepelekan, padahal ini salah satu bagian pertama yang dibaca HRD. Tapi jangan asal tulis semua kemampuanmu.
Fokus ke skills relevan sesuai posisi yang kamu incar.
Misalnya untuk posisi marketing, tulis:
- Digital Strategy
- Copywriting
- Data Analytics
- SEO & SEM
- Social Media Management
Kalau kamu ngelamar ke bidang lain, sesuaikan.
Hindari daftar panjang kayak: “Microsoft Word, Canva, bisa ngomong, jujur, pekerja keras.” Itu nggak nunjukin keunikan kamu.
8. Sertakan Portofolio Kalau Perlu
Kalau kamu kerja di bidang kreatif, teknologi, atau desain, portofolio wajib banget. HRD pengen lihat hasil nyatanya, bukan cuma klaim di atas kertas.
Bisa lampirkan link ke:
- Website pribadi
- Behance / Dribbble
- GitHub
Tulis di bagian akhir CV atau di bawah nama kamu.
Contoh:
“Portofolio: www.behance.net/namamu”
Ini bikin CV kamu lebih kredibel dan menunjukkan kamu profesional.
9. Perhatikan Struktur yang Jelas
Urutan umum CV yang efektif:
- Nama & Kontak
- Ringkasan Profil
- Pengalaman Kerja
- Pendidikan
- Skill
- Sertifikasi / Prestasi
- Portofolio (kalau ada)
Gunakan heading besar biar HRD bisa “scan” cepat tanpa bingung.
Dan pastikan kamu urutkan pengalaman dari terbaru ke terlama.
10. Pastikan Kontak Mudah Dihubungi
Kelihatannya sepele, tapi banyak pelamar yang malah lupa bagian penting ini.
Pastikan bagian kontakmu jelas dan profesional:
- Nama lengkap
- Nomor HP aktif
- Email profesional (bukan yang aneh kayak
[email protected]
) - LinkedIn atau portofolio kalau ada
Jangan cantumkan alamat lengkap, cukup kota dan provinsi aja.
HRD nggak butuh tahu kamu tinggal di gang mana.
11. Gunakan Desain yang ATS-Friendly
ATS (Applicant Tracking System) adalah software yang digunakan HRD buat menyaring CV secara otomatis sebelum dibaca manusia.
Kalau format kamu terlalu rumit, ATS bisa gagal baca datanya dan CV kamu langsung mental.
Tips biar ATS-friendly:
- Gunakan format .PDF atau .DOCX.
- Hindari tabel berlebihan atau simbol aneh.
- Gunakan font standar.
- Sertakan keyword sesuai deskripsi lowongan.
Kalau lowongan bilang butuh “social media specialist dengan pengalaman content strategy,” pastikan kata itu muncul di CV kamu.
12. Tambahkan Bagian “Sertifikasi” atau “Training”
Kalau kamu punya pelatihan relevan, cantumkan. HRD suka lihat kandidat yang proaktif belajar.
Misalnya:
- Google Digital Marketing Certification
- Data Analysis by Coursera
- UI/UX Design Fundamentals
Bagian ini bisa jadi nilai plus yang bikin kamu beda dari kandidat lain.
13. Hindari Kesalahan Typo
Kesalahan ejaan atau grammar bisa bikin CV kamu langsung dicoret. Karena itu menunjukkan kamu nggak teliti.
Selalu proofread CV-mu minimal dua kali sebelum dikirim. Kalau bisa, minta teman buat bantu periksa.
Kesalahan kecil kayak “mengelola” jadi “mengelolah” bisa ngerusak kesan profesionalmu di mata HRD.
14. Gunakan Kalimat Singkat dan Efisien
HRD nggak punya waktu baca paragraf panjang. Gunakan poin-poin bullet biar lebih mudah dipahami.
Contoh format pengalaman kerja:
Digital Marketing Executive – PT XYZ (2021–Sekarang)
• Mengelola kampanye Google Ads dengan rata-rata ROI 350%.
• Membuat strategi konten media sosial yang meningkatkan engagement 2x lipat.
• Bekerja sama dengan tim desain dan copywriter untuk meluncurkan brand campaign.
Struktur kayak gini memudahkan pembacaan cepat dan terlihat profesional.
15. Hindari Informasi Tidak Relevan
Nggak perlu tulis hobi kayak “menonton film” atau “jalan-jalan” kecuali itu relevan dengan posisi yang dilamar.
Juga hindari data pribadi seperti:
- Agama
- Status pernikahan
- Berat badan / tinggi badan
- Foto (kecuali diminta)
Sekarang HRD lebih fokus ke kemampuan dan pengalaman, bukan hal-hal personal.
16. Sesuaikan CV untuk Setiap Lamaran
Jangan kirim satu CV untuk semua lowongan. Setiap posisi punya fokus berbeda.
Sesuaikan ringkasan, skill, dan pengalaman agar sesuai kebutuhan perusahaan.
Contoh:
- Kalau lamar posisi content writer, tonjolkan kemampuan menulis, SEO, dan storytelling.
- Kalau lamar posisi project manager, tonjolkan leadership, timeline management, dan komunikasi tim.
Menyesuaikan CV menunjukkan kamu niat dan nggak asal lamar.
17. Tambahkan Elemen Soft Skills
Hard skill itu penting, tapi soft skill juga bikin kamu unggul.
Tuliskan skill yang bisa nunjukin karakter profesionalmu, seperti:
- Leadership
- Problem-solving
- Teamwork
- Time management
- Adaptability
Tapi jangan cuma tulis, buktikan di bagian pengalaman kerja.
18. Hindari Terlalu Banyak Warna dan Ikon
CV bukan poster. Desain yang terlalu heboh justru bikin distraksi.
Pilih warna netral kayak hitam, abu, atau biru muda.
Kalau mau pakai ikon, cukup sedikit untuk menandai bagian penting (misal ikon telepon atau email).
HRD suka desain modern tapi tetap profesional dan elegan.
19. Maksimalkan Pengalaman Non-Formal Kalau Kamu Fresh Graduate
Kalau kamu belum punya pengalaman kerja formal, jangan panik.
Kamu bisa tonjolkan:
- Pengalaman magang.
- Proyek kampus.
- Organisasi mahasiswa.
- Kegiatan volunteer.
Tulis tanggung jawab dan hasil konkret biar terlihat profesional.
Misal:
“Sebagai ketua panitia, memimpin tim 20 orang dan berhasil meningkatkan jumlah peserta event 40% dari tahun sebelumnya.”
Itu udah cukup bikin HRD tertarik.
20. Perbarui CV Secara Berkala
CV bukan dokumen sekali jadi. Dunia kerja terus berubah, begitu juga kamu.
Setiap kali ada proyek baru, pelatihan, atau pencapaian, update CV-mu.
Jadi kalau ada peluang datang tiba-tiba, kamu siap kirim versi terbaikmu kapan aja.
21. Kirim CV dengan Email Profesional dan Subjek Jelas
Kalau ngirim lewat email, jangan asal attach file tanpa kata pengantar.
Gunakan subjek yang jelas:
“Lamaran – Social Media Specialist – [Nama Kamu]”
Dan tulis pesan singkat tapi sopan di body email:
“Dengan hormat, saya [nama] ingin melamar posisi Social Media Specialist di [nama perusahaan]. CV terlampir. Terima kasih atas perhatiannya.”
Hal kecil kayak gini bisa ningkatin kesan profesional.
Checklist CV Kamu Sudah Dilirik HRD Kalau…
- Rapi dan mudah dibaca
- Ringkasan profil jelas dan menarik
- Pengalaman relevan dan konkret
- Ada data hasil kerja
- ATS-friendly
- Bebas typo
- Disesuaikan dengan posisi
Kalau semua ✅, berarti kamu udah ngerti cara membuat CV atau resume yang dilirik oleh HRD.
FAQ Tentang CV dan HRD
1. CV harus berapa halaman?
Idealnya 1 halaman untuk fresh graduate, maksimal 2 halaman untuk profesional berpengalaman.
2. Perlu pakai foto nggak?
Kalau nggak diminta, nggak perlu. Fokus ke isi. Tapi kalau diminta, pakai foto profesional.
3. Apa HRD baca semua CV?
Nggak. Biasanya cuma lihat 6–10 detik pertama. Makanya bagian atas CV harus impactful.
4. CV kreatif lebih menarik?
Kalau bidang kamu desain atau media, iya. Tapi kalau posisi formal, cukup profesional dan bersih.
5. Apa bedanya CV lokal dan internasional?
CV internasional biasanya lebih fokus ke skill dan hasil, tanpa data pribadi (umur, agama, dll).
6. Harus pakai bahasa Inggris?
Kalau perusahaan multinasional, iya. Kalau lokal, bahasa Indonesia juga oke asal tetap profesional.
Kesimpulan: CV Hebat Itu Tentang Strategi, Bukan Sekadar Desain
Sekarang kamu tahu, cara membuat CV atau resume yang dilirik oleh HRD itu bukan soal siapa paling banyak pengalaman, tapi siapa paling pintar menyajikannya.
CV kamu harus jadi cermin dari profesionalisme dan kepribadianmu.
Tulis dengan jelas, tampilkan hasil nyata, dan desain dengan sederhana tapi elegan.
Karena buat HRD, CV terbaik bukan yang paling ramai, tapi yang paling jujur, relevan, dan mudah dipercaya.